Seringkali aku berpikir,
bagaimana tiba-tiba seorang miliarder memberikanku uang sebanyak 100 miliar,
apakah aku akan senang? Tentu aku senang. Aku bisa membeli baju, make up, mobil, gadget dengan fitur paling baru, dan hal lain yang kuinginkan. Namun
ketika tiba-tiba Tuhan mengambil keluargaku dari hidupku apakah aku masih
senang hidup dengan uang 100 miliar tadi? TIDAK! Karena uang tadi hanya memuaskan
keinginan, sedangkan keluarga memenuhi kebutuhanku. Sesungguhnya salah satu
penggerak utama mahluk hidup adalah cinta karenanya kita dapat melihat, merasa,
dan berpikir. Aku pasti mati digilas semesta bila dulu tidak ada keluarga yang menuntunku dengan cintanya untuk
mengenal dunia. Sekalipun ada beberapa orang yang tumbuh tidak bersama keluarganya,
pasti ada manusia lain yang iba dan memberikan rasa cintanya.
Setiap mahluk hidup memiliki
nilai. Nilai-nilai tersebut tidak berdasarkan pada bagaimana rupa (fisik),
agama, ras, suku, dan sejarah hidupnya. Tetapi
penentu seberapa berharganya diri seseorang adalah dirinya sendiri. Seseorang tidak bisa menilai mereka yang cacat, jelek, atau
autis adalah produk gagal semesta sehingga dirinya berhak menilai mereka tidak
berharga. Salah! Mereka sama-sama manusia, punya hati dan perasaan sehingga
nilainya tidak ada bedanya dengan kita yang normal. Ingat, kita bukan hakim
hidup, kita semua pemain.
Semua manusia punya jalannya sendiri
untuk mematenkan nilainya agar mendapatkan cinta. Seorang pujangga menciptakan sajak dari
ratapannya. Dengan itu ia dapat selamanya menyimpan air mata dan senyuman dalam
kata-kata sehingga pembacanya dapat mencintainya. Atau seorang ibu rumah tangga
yang senang membagi duka lewat postingannya di media sosial untuk mendapat komentar
atau pelukan lewat udara dari teman dan
kerabatnya. Atau seorang pengemis yang mengadahkan tangan sambil menangis untuk
mendapat iba dari kita untuk berbagi. Inilah bukti bahwa kita membutuhkan
atensi, kita semua butuh cinta. Walau tetap saja uang dibutuhkan untuk makan,
tetap saja uang tidak akan menyempurnakan jiwa, uang tidak bisa menyembuhkan
hati yang rusak. Satu-satunya yang dapat menyembuhkannya hanyalah cinta. Namun
sayangnya, banyak remaja yang sekarang tidak mengetahui perihal ini. Mereka terjebak
dalam kesadaran palsu. Dalam kebahagiaan semu yang mereka buat sendiri dan mengatasnamakan
cinta untuk berbuat bebas tanpa aturan – seks bebas, alkohol, narkoba. Tentunya, itu bukan pelarian yang tepat untuk
memperbaiki hati. Bahwa satu-satunya jalan yang tepat untuk memperbaiki
kerusakan itu adalah coba untuk mengenal cinta lebih jauh.
Sejujurnya, aku masih belum
terlalu mengerti apa sebenarnya apa itu cinta. Aku hanya tahu bahwa cinta
adalah merasakan. Kita hidup untuk merasakan, dari lahir sampai mati nanti,
inti kehidupan ini adalah merasakan proses tersebut. Yang pasti, tujuan hidupku
adalah untuk bahagia dan aku percaya bahwa semua orang juga menginginkan itu. Aku
yakin cinta merupakan salah satu kendaraan paling tepat menuju kebahagiaan yang
aku dan mereka semua mau. Jadi, apa salahnya kita hidup berdampingan dengan
cinta tanpa harus menghakimi satu sama lain?
Salam, damai.
-Arfyana Citra R-