Detakan merana sebelas hari
Apa akan terseok di tengah jalannya?
Sayang, ini cinta bukan hanya rasa
Embun terus menetes di kelopak indah itu, sampai kering Ia ku basuh juga.
Engkau terbawa dikejar hari yang berhujung ketulusan dan kebanggan.
Hanya engkau dan dari engkau.
Terimakasih sayang.
-Arfyana Citra Rahayu-
Jumat, 23 Mei 2014
Nostalgia Jam Delapan Malam
Awal musim cinta ku lalui satu tahun yang lalu, sejujurnya siapa dia aku tak pernah tahu. Ternyata satu malam dengan hujan yang mengguyur tiba-tiba, seorang Tuan mengirim pesan singkat "Aku hendak ada yang dibicarakan"
"Apa itu Tuan?," tanyaku.
"Tunggu sesaat, aku sedang berbicara dengan kawanku, ini urusan penting," jawabnya.
Aku hanya bertanya, ada apa dengan dia, seperti hujan malam ini dia datang tiba-tiba.
..................................................................
Tiba-tiba ku terima pesan yang tak lagi singkat, tapi ternyata kenyataan perasaanya.
Sendiri
Sendiri tidak memalukan, sendiri bukan karena seseorang tidak punya kawan. Saat sendiri aku hargai diriku sebagai seseorang dan saat sendiri aku menghargai betapa berharganya seorang kawan.
-Arfyana Citra R-
Awal Baru Indah untuk Seorang "Aku"
Saat lagi kurasakan sulitnya menapaki esok, selalu ada dia yang muncul di tiap aku yang terseok. Entah ia utusan, atau hanya seorang hamba. Selalu ia yang datang saat malam ku pekat. Mulai hari itu, saat semua mulai gelap karena diri merasa di siakan, aku meraba kemana aku harus berjalan. Terus terus terus aku pasang hati untuk meneropong kapan aku sampai akhir. Satu waktu aku diizinkan Tuhan berbicara dengan hati, aku merasakan pejam semakin gelap.
Esok itu, lagi ku harus pergi menerjang waktu untuk terus hidup dan menyiapkan bekal ujian nanti. Aku selalu memilih kursi terdepan.Agar tak lagi aku sulit mengerti apa yang disampaikan. Setelah berdoa pagi dan memohon kemudahan dalam menggali ilmu, aku dapatkan satu tas yang tak pernah asing duduk anteng disebelah kursiku. 'Mungkin kebetulan,' kataku dalam hati.
Sampai hari-hari terus berlanjut, selalu ia yang menyodorkan jemari dan mengangkatku ke sebuah cahaya yang sudah lama tidak ku lihat.
Setelah ujian dilewati, ia datang dan mulailah sebuah percakapan sederhana dalam perpustakan.
Tapi entah kenapa, percakapan itu mulai membahas "siapa suka dengan siapa". Aku mulai terpojok dengan hati yang akhirnya jujur.
Tiba-tiba satu kata muncul dari nya "Kamu mau jadi pacarku?"
-16 Mei 2014-
Untuk Tuanku
Hai sayang
Fantasi lagi-lagi dilagukan baik-baik di hati
Tak lagi tahan bila nafas mengaum menentang benci daripada telingaku
Terus kau rentangkan jari jemari tuk pipi yang haus akan kasih saat mulai nanar nya menyentuh jiwa
Karna terus ku hadiahkan satu hati yang tak menentang rasa
-Arfyana Citra Rahayu-
Fantasi lagi-lagi dilagukan baik-baik di hati
Tak lagi tahan bila nafas mengaum menentang benci daripada telingaku
Terus kau rentangkan jari jemari tuk pipi yang haus akan kasih saat mulai nanar nya menyentuh jiwa
Karna terus ku hadiahkan satu hati yang tak menentang rasa
-Arfyana Citra Rahayu-
Sendiri menjadi karya
Mereka yang berbisik saat angin mulai menyambar tangkainya. Menunjukkan kehangatan saat aku mulai lagi kelabu disini, tapi hujan terus merintik menghujam sepi, mengalunkan simfoni kerendahan yang tak lagi sudi menatap aku yang tak lagi tawa. -Arfyana Citra R-
*aku diantara siang, lapangan, manusia, dan sendiri*
*aku diantara siang, lapangan, manusia, dan sendiri*
Langganan:
Komentar (Atom)