Haramkah ketika air mata jatuh tuk meretas kata?
Adilkah ketika hanya ia yang bisa meluluhkan rasa yang tertunda? Tertunda karena memang tak layak dilihat.
Bila tak adil, apa Tuhan ciptanya dengan ragu?
Bila tidak juga. Lalu untuk apa tercipta? Apa hanya untuk kita yang bodoh dan dirundung lalu?
Sejak kemarin, sampai detik ini aku tak tahu.
Andai...
Andai kata adalah air mata, ku harap kamu sadar. Sadar bahwa ini tak hanya dilihat sekedar.
Andai rasa adalah air mata, ku harap kamu sadar. Bila rasa kemudian tak hanya cahaya terpendar.
Mohon kamu mengerti, karena kamu manusia yang punya jiwa dan berhati.
Bahwa akhir akan akhir ketika aku hanya terkapar, aku menangis bukan kemudian aku tersandar.
Tapi aku perlu kamu, lalu aku bersandar.
Sehingga aku cepat bebas dari gelap, lalu kamu bangunkan ku dari lelap.
Nyatanya, mimpi memang permainan imajinasi. Tak ada realita tuk orang yang tinggi ekspektasi.
Aku atau kamu yang sepertinya punya asasi?
Mungkin kamu, kamu yang disana seperti disisi.
Arfyana Citra Rahayu (01/Nov/2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar