Sabtu, 28 Maret 2015

Seonggok Boneka di Pinggir Malam

Ketika seonggok boneka disayang dan dicurahkan berbagai rasa terpuji oleh tuannya kemudian selang beberapa lama ia ditinggalkan dan dicampakkan begitu saja. Walaupun nantinya akan dipungut kembali apakah itu yang dinamakan sayang? Apa itu yang dinamakan cinta kasih? 

Ia tergolek lemah saat ini. Boneka itu dihantam beribu cercaan dan makian dari semesta yang saat ini masih belum puas menenggelamkannya ke dalam dasar nubuatnya sendiri. Kata mereka ia adalah manusia, tapi apakah pantas ketika seonggok barang rongsokan itu berpura-pura menjadi manusia? Mencoba beribu topeng agar manusia lain berkata bahwa ia adalah mahluk berakal dan berhati sepenuhnya. Miris sekali nasibnya.

Sebelumnya, ia dikemas begitu menarik dan rapih layaknya manusia lain yang dapat berjalan dan berpikir. Tapi apa daya ketika tuannya meninggalkannya begitu saja di pinggiran malam.  nasibnya tersesat dimakan pikirannya yang semakin menjeratnya. Kediriannya terekspos walaupun masih dalam kegelapan. Konsep dirinya diobral begitu saja dan lingkungan pun meludahinya walau hitamnya pekat. Boneka itu tidak lagi diterima oleh semesta dan sekarang ia tidak diterima oleh dirinya sendiri. Ia malu mengakui bahwa  dirinya hanyalah benda yang tak berarti dan tak tau terima kasih. Jiwanya mengemis meminta untuk dimanja namun tubuhnya menolak dan mencercanya dengan beribu makian sampai akhirnya keduanya menangis. Saat ini ia menyalahkan dirinya dan Tuan yang menurunkan dirinya ke dalam dunia nyata.

Tapi apalah arti sebuah rongsokan di mata kalian, memang tidak harus ditimbang lagi berapa berharganya boneka itu karena memang itu hanyalah produk gagal untuk dunia.  

-Arfyana Citra Rahayu-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar