Rabu, 17 Agustus 2016

Renungan Mengenai CINTA

Seringkali aku berpikir, bagaimana tiba-tiba seorang miliarder memberikanku uang sebanyak 100 miliar, apakah aku akan senang? Tentu aku senang. Aku bisa membeli baju, make up, mobil, gadget dengan fitur paling baru, dan hal lain yang kuinginkan. Namun ketika tiba-tiba Tuhan mengambil keluargaku dari hidupku apakah aku masih senang hidup dengan uang 100 miliar tadi? TIDAK! Karena uang tadi hanya memuaskan keinginan, sedangkan keluarga memenuhi kebutuhanku. Sesungguhnya salah satu penggerak utama mahluk hidup adalah cinta karenanya kita dapat melihat, merasa, dan berpikir. Aku pasti mati digilas semesta bila dulu tidak ada  keluarga yang menuntunku dengan cintanya untuk mengenal dunia. Sekalipun ada beberapa orang yang tumbuh tidak bersama keluarganya, pasti ada manusia lain yang iba dan memberikan rasa cintanya.

Setiap mahluk hidup memiliki nilai. Nilai-nilai tersebut tidak berdasarkan pada bagaimana rupa (fisik), agama, ras, suku, dan sejarah hidupnya.  Tetapi penentu seberapa berharganya diri seseorang adalah  dirinya sendiri. Seseorang  tidak bisa menilai mereka yang cacat, jelek, atau autis adalah produk gagal semesta sehingga dirinya berhak menilai mereka tidak berharga. Salah! Mereka sama-sama manusia, punya hati dan perasaan sehingga nilainya tidak ada bedanya dengan kita yang normal. Ingat, kita bukan hakim hidup, kita semua pemain.

Semua manusia punya jalannya sendiri untuk mematenkan nilainya agar mendapatkan cinta.  Seorang pujangga menciptakan sajak dari ratapannya. Dengan itu ia dapat selamanya menyimpan air mata dan senyuman dalam kata-kata sehingga pembacanya dapat mencintainya. Atau seorang ibu rumah tangga yang senang membagi duka lewat postingannya di media sosial untuk mendapat komentar atau  pelukan lewat udara dari teman dan kerabatnya. Atau seorang pengemis yang mengadahkan tangan sambil menangis untuk mendapat iba dari kita untuk berbagi. Inilah bukti bahwa kita membutuhkan atensi, kita semua butuh cinta. Walau tetap saja uang dibutuhkan untuk makan, tetap saja uang tidak akan menyempurnakan jiwa, uang tidak bisa menyembuhkan hati yang rusak. Satu-satunya yang dapat menyembuhkannya hanyalah cinta. Namun sayangnya, banyak remaja yang sekarang tidak mengetahui perihal ini. Mereka terjebak dalam kesadaran palsu. Dalam kebahagiaan semu yang mereka buat sendiri dan mengatasnamakan cinta untuk berbuat bebas tanpa aturan – seks bebas, alkohol, narkoba.  Tentunya, itu bukan pelarian yang tepat untuk memperbaiki hati. Bahwa satu-satunya jalan yang tepat untuk memperbaiki kerusakan itu adalah coba untuk mengenal cinta lebih jauh.

Sejujurnya, aku masih belum terlalu mengerti apa sebenarnya apa itu cinta. Aku hanya tahu bahwa cinta adalah merasakan. Kita hidup untuk merasakan, dari lahir sampai mati nanti, inti kehidupan ini adalah merasakan proses tersebut. Yang pasti, tujuan hidupku adalah untuk bahagia dan aku percaya bahwa semua orang juga menginginkan itu. Aku yakin cinta merupakan salah satu kendaraan paling tepat menuju kebahagiaan yang aku dan mereka semua mau. Jadi, apa salahnya kita hidup berdampingan dengan cinta tanpa harus menghakimi satu sama lain?

Salam, damai.
-Arfyana Citra R-


1 komentar: