Tiba-tiba di suatu pagi, aku menerima satu pesan dari kontak yang bernama "Aku", ia berkata, "Hey Cucu Hawa, dara peliharaan waktu. Bolehkah aku bertanya sesuatu? Apa itu kebebasan?"
Reflek aku bergidik dan berkata, "Dih siapa dah nih orang. Aneh banget."
Aku hanya membaca pesan itu tanpa membalasnya. Esoknya ia kembali mengirimkan pesan, aku rasa ini pesan terakhir darinya. Begini tulisnya, "Selamat pagi, sepertinya aku tidak salah persepsi dan kamu ternyata bukan seorang pemikir. Tapi aku benar-benar salut atas pengendalian dirimu yang terlihat seperti sebuah pengabaian. Sumpah itu keren. Btw, terima kasih sudah membantuku bereksperimen. Kalo kita ketemu, aku traktir kopi. Sampai jumpa."
Aku hanya membalas, "Terima kasih kembali."
Dari pesannya yang terakhir, ada banyak pertanyaan dan pernyataan yang muncul dalam benakku. Di antaranya adalah aku tahu ini bukan eksperimen acak yang sampelnya diambil random sebab pesan ini tiba-tiba datang di saat aku senang membaca dan menulis topik tentang kebebasan. Pasti ada satu oknum yang memberikan kontak Line-ku dan membeberkan informasi kepadanya. Namun, yasudahlah aku anggap ini seperti permainan yang diciptakan Jostein Gaarder dalam buku novel filsafatnya.
Apakah di sini aku sebagai Sophie dan kamu adalah Alberto Knox? Baiklah kalo begitu. Kita mulai sekarang. Aku akan menjawab pertanyaanmu sesuai dengan apa yang sudah aku mengerti dari beberapa literatur yang sudah kubaca.
Pertanyaanmu ialah mengenai, "Apa itu kebebasan?"
Menurutku, kebebasan adalah cinta. Tanpa cinta, kebebasan tidak akan ada. Kita semua memiliki HAK untuk bebas. Namun sebelum aku lebih lanjut membahas kebebasan, kamu harus mengerti dulu apa itu hak. Hak adalah boleh, beda dengan wajib yang berarti harus. Maksudnya, hak boleh digunakan boleh juga tidak digunakan, misalnya aku memiliki hak untuk bebas tapi sekarang aku belum boleh bebas oleh keluarga karena alasan aku masih belum siap menghadapi kejamnya dunia. Aku boleh menggunakan HAK bebasku dan menuntut keluargaku bahwa aku ini manusia dan berhak untuk bebas. Namun di sisi lain, aku juga boleh tidak menggunakannya karena aku sadar bahwa aku memang masih wajar dibatasi dan mendapatkan kebebasan dalam bentuk yang lain, kebebasan berpendapat dan berbicara dalam keluarga misalnya.
Lalu mengapa aku bilang bahwa kebebasan adalah cinta? Akan aku ulang lagi, bahwa kita semua berHAK untuk bebas. Kita semua berhak mendapatkan kebebasan yang sepaket dengan cinta. Paul Coelho pernah menulis dalam bukunya, orang yang merasa paling bebas adalah orang yang sepenuh hati mencintai. Begitu juga sebaliknya, orang yang mencintai dengan sepenuh hatinya merasa bebas. Ketika orang benar-benar mengerti bahwa dicintai dan mendapat kebebasan adalah hak, maka orang tersebut sadar bahwa dia boleh dan patut menggunakannya. Bila dia benar-benar mencintai pasangannya, dia akan sadar bahwa kita semua butuh cinta begitu juga orang lain. Jadi, di sini ada hubungan yang sinergi ketika kita tahu bagaimana menempatkan diri sendiri dan orang lain. Sayangnya, kebanyakan orang tidak menggunakannya. Orang bangga bila cemburu dengan pasangannya. Bilang bahwa cemburu adalah tanda cinta. Padahal cemburu adalah simbol pembatasan mutlak yang berujung dominasi. Banyak kejadian yang bisa membuktikan kata-kataku, misalnya suami tega membakar hidup-hidup istrinya sendiri karena cemburu. Lalu apa itu benar cinta? HMM.
Cinta adalah energi dasar dan kebebasan sebagai pondasinya sehingga hubungan antara cinta dan kebebasan tidak bisa saling dipisahkan. Dalam cinta, seharusnya kita tidak bisa menyakiti. Sebab kita bertanggung jawab atas perasaan kita sendiri. Kita tidak bisa menyalahkan orang lain bila kita merasa sakit hati. Memang sakit ketika kita kehilangan orang yang kita sayang dan cintai. Namun sadarlah, tidak ada yang namanya kehilangan karena orang tidak akan pernah bisa MEMILIKI orang lain. Ingat, kebebasan adalah hak masing-masing orang. Aku boleh menggunakan hakku untuk bebas dan lepas dari kamu.
Kita boleh cinta, asalkan jangan jadikannya sebagai belenggu. Biarlah dia bebas menghayati dan hidup untuk dunia sebagai zat tunggal. Salah satu kata-kata Kahlil Gibran yang paling aku suka, "Tegaklah sejajar. Namun, jangan terlalu atau terlampau dekat, karena pilar-pilar kuil tidak dibangun terlalu rapat. Pohon jati dan pohon cemara, masing-masing tidak pernah tumbuh di bawah bayangan yang lain."
Pada intinya, inilah kebebasan yang aku tahu. Pengalaman kebebasan sesungguhnya adalah merasakan dan mempunyai hal yang paling dicintai tanpa memiliki.
-Arfyana Citra R-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar