Rabu, 28 September 2016

LALU, SIAPA AKU?

Lanjutan balasan pesannya begini, “Aku hanya menyarankan untuk kamu tanya lagi pada dirimu, siapa dirimu sesungguhnya? Kamu yang lebih tahu siapa kamu, bukan? Seperti halnya kamu pun tidak mengenalku. Memang kita belum berkenalan sih, ah sudahlah aku tidak sedang menjadi seorang pelawak. Tidak lucu.”

“Ya memang apanya yang lucu?” kataku bicara sendiri.

“Silahkan pandang dan terka siapa aku menurut kamu. Kamu bebas, aku menghargai kebebasanmu, yang jelas aku adalah aku. Semoga suatu saat Tuhan memberikan kesempatan kita bertemu untuk berkenalan secara langsung. Sekaligus aku menepati janji pada ceritaku, bukan cerita kita.”

“Yahh.. kirain nepatin janji traktir kopi hahahaha.” peluang ditraktir kopi pun kandas begitu saja.

“Aku tidak berharap banyak untuk saat ini tentang kita beberapa waktu ke depan, tapi waktu bisa saja berubah. Hanya Tuhan yang tahu karena aku masih berkelana dan kebetulan menemukanmu sedang terpenjara ketika sebelum terjadinya bulan purnama apogee terkecil tahun ini. Ohiya, bukan karena oknum lain yang memberikan kontakmu, ini tentang aku dan kamu, sungguh. Aku yang menemukanmu.”

Yasudahlah, aku tidak mau bertanya lagi mengenai di mana dan dengan cara apa kamu menemukanku. Kadangkala Tuhan mempertemukan  lewat cara yang tidak pernah bisa kita kira. Walaupun aku tidak pernah mengalami keajaiban, aku tidak bisa menyangkal bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi. Aku masih percaya bahwa ada hukum alam yang bisa terpatahkan sehingga dalam kasus ini, aku cukup menerima mungkin ditemukannya aku  karena faktor “keajaiban”.
.
Catatan penting untukmu! Aku tidak peduli siapa kamu. Jadi jangan terlalu berharap lebih.

Lanjutnya, “Ohiya, lain kali sajalah berdiskusi tentang hubungan. Aku mau kamu coba kenali lagi saja dulu siapa kamu menurutmu? Selamat istirahat.”

 “Ketika ditanya aku ini siapa, aku yang aku dengan semua yang aku punya saat ini. masa untuk mengenal siapa aku mungkin tidak akan pernah selesai sampai aku harus dilahirkan kembali. Namun, rasanya untuk kembali menggali “siapa aku” sudah cukup untuk saat ini karena aku sudah pernah mengalami tenggelam ke dalam kegelapanku sendiri dan itu cukup mengerikan. Jadi intinya,aku adalah aku dengan segala hal yang kupunya. Terima kasih,” jawabku.

Esok paginya dia membalas, “Kembali kasih. Selamat menjalani hidupmu yang sekarang. Kuharap kamu siap untuk yang terburuk dan siap kehilangan segala hal yang kau punya tersebut.”

“Iya, aku harap kamu juga begitu.”


“Pasti, terima kasih gadis kesayangan keluarga.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar