Ternyata kemarin
bukan pesan terakhir darinya. Ia membalas, “Ah iya, aku lupa, perasaanmu
sepertinya salah, kemarin bukan pesan terakhir. Mari kutunjukkan, ini baru
namanya pesan terakhir.”
Lalu muncul satu
bubble chat lagi bertuliskan “Pesan
terakhir.”
Ternyata selera
humormu aneh juga. Hahaha.
“Teruskanlah dan
gunakanlah HAKmu itu untuk membohongi perasaanmu dengan pembenaran dari
pemikiran yang orang-orang sampaikan yang dijadikan makanan oleh otakmu. Aku
heran ternyata mereka mampu mengambil HAK bebasmu dan membuatmu mengikuti
pemikiran-pemikiran mereka,” katanya.
Satu hal yang kutangkap
dari balasannya adalah rasa ketidaksukaan
padaku yang tidak bisa merumuskan sendiri makna kebebasan.
Memang benar
katamu, makna kebebasan yang kemarin kujawab bukan sebagian dari rangkaian hidupku. Namun, hal tersebut sedang
kupelajari dan sedang kucoba diterapkan dalam pengembaraanku di dunia. Sebab
pemikiran itu bisa jadi satu solusi untukku yang seringkali kecewa dan menghakimi
kehidupan agar bisa keluar dari inkonsistensi. Sebenarnya masalah terbesarku
adalah punya sifat amibisius yang mendambakan kepemilikan mutlak terhadap satu hal. Tapi
yasudahlah, hal ini bisa kita bahas di lain kesempatan.
Kembali lagi pada kebebasan. Setelah
kupikir-pikir lagi begini kebebasan versi hidupku. Kebebasan adalah ketika aku dapat terliberasi dari penilaian
orang. Musababnya, saat ini aku masih terkungkung dengan apa yang akan mereka katakan
tentangku, sebenarnya lebih kepada penilaian mereka. Banyak ketakutan-ketakutan
yang muncul, misalnya “Takut pake baju ini, entar dibilang kayak bolang”, “Takut
ngomong terlalu banyak entar dibilang sok pinter”, “Takut terlalu deket sama
temen cowok entar dikira cabe-cabean.” Padahal kalo dipikir lagi, itu semua bull shit! Tahu apa mereka? Tapi kembali
lagi mereka punya kebebasan juga sepertiku, bebas menilai. Tapi satu hal untuk
kamu dan kalian ketahui, kalian bukanlah hakim kehidupan. Satu-satunya yang
berhak menghakimi hanyalah Tuhan. Pada intinya sih, kebebasanku adalah ketika
aku bisa bebas melakukan hal yang aku inginkan. Aku harap ke depannya batasanku
bukanlah mereka, tapi hanya tanggung jawab yang bisa menjadi kontrol
kebebasanku.
Sepertinya
pembahasanku semakin luas dan tidak sesuai sama konteks yang kita bicarakan. Aku memang suka begini, terlalu banyak cerita sampai-sampai lupa kita tidak sedang membicarakan ini. Lebih
baik kita kembali lagi ke topik sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar