Rabu, 28 September 2016

JAWABAN UNTUK AKU (REVISI KEBEBASAN)

Ternyata kemarin bukan pesan terakhir darinya. Ia membalas, “Ah iya, aku lupa, perasaanmu sepertinya salah, kemarin bukan pesan terakhir. Mari kutunjukkan, ini baru namanya pesan terakhir.”
Lalu muncul satu bubble chat lagi bertuliskan “Pesan terakhir.”

Ternyata selera humormu aneh juga.  Hahaha.

“Teruskanlah dan gunakanlah HAKmu itu untuk membohongi perasaanmu dengan pembenaran dari pemikiran yang orang-orang sampaikan yang dijadikan makanan oleh otakmu. Aku heran ternyata mereka mampu mengambil HAK bebasmu dan membuatmu mengikuti pemikiran-pemikiran mereka,” katanya.

Satu hal yang kutangkap dari balasannya adalah rasa  ketidaksukaan padaku yang tidak bisa merumuskan sendiri makna kebebasan.

Memang benar katamu, makna kebebasan yang kemarin kujawab bukan sebagian dari rangkaian  hidupku. Namun, hal tersebut sedang kupelajari dan sedang kucoba diterapkan dalam pengembaraanku di dunia. Sebab pemikiran itu bisa jadi satu solusi untukku yang seringkali kecewa dan menghakimi kehidupan agar bisa keluar dari inkonsistensi. Sebenarnya masalah terbesarku adalah punya sifat amibisius yang mendambakan kepemilikan mutlak terhadap satu hal. Tapi yasudahlah, hal ini bisa kita bahas di lain kesempatan.

Kembali lagi pada kebebasan. Setelah kupikir-pikir lagi begini kebebasan versi hidupku.  Kebebasan adalah ketika aku dapat terliberasi dari penilaian orang. Musababnya, saat ini aku masih terkungkung dengan apa yang akan mereka katakan tentangku, sebenarnya lebih kepada penilaian mereka. Banyak ketakutan-ketakutan yang muncul, misalnya “Takut pake baju ini, entar dibilang kayak bolang”, “Takut ngomong terlalu banyak entar dibilang sok pinter”, “Takut terlalu deket sama temen cowok entar dikira cabe-cabean.” Padahal kalo dipikir lagi, itu semua bull shit! Tahu apa mereka? Tapi kembali lagi mereka punya kebebasan juga sepertiku, bebas menilai. Tapi satu hal untuk kamu dan kalian ketahui, kalian bukanlah hakim kehidupan. Satu-satunya yang berhak menghakimi hanyalah Tuhan. Pada intinya sih, kebebasanku adalah ketika aku bisa bebas melakukan hal yang aku inginkan. Aku harap ke depannya batasanku bukanlah mereka, tapi hanya tanggung jawab yang bisa menjadi kontrol kebebasanku. 


Sepertinya pembahasanku semakin luas dan tidak sesuai sama konteks yang kita bicarakan. Aku memang suka begini, terlalu banyak cerita sampai-sampai lupa kita tidak sedang membicarakan ini. Lebih baik kita kembali lagi ke topik sebelumnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar