Jumat, 21 November 2014

DILEMA ANAK KEMARIN SORE

Aku dilema antara aku harus beradu peran sebagai seorang anak atau manusia? Aku terkungkung oleh kedua status yang Tuhan berikan untukku. Bukan hanya status, tapi hak!
Ketika aku menjadi seorang anak, aku harus taat kepada asas mayoritas, yaitu kebijakan orang tua yang menjadi sentral di mana hidup seorang anak akan berjalan dengan lancar dan semestinya. Dijalan Tuhan.
“Ridho mereka adalah ridho Tuhan juga." Kalimat ini bukan seperti kata bijak namun seperti senjata yang membuat aku kalah dan terkapar lemah sebelum perang . Takut untuk menata kata dan argumen untuk ditegakkan. Begitu juga ketika semburat kata muncul dari lidah semua orang , lidah yang belum merasakan kegetiran hidup ketika terkungkung dalam diri yang bergumul.
Atau aku menjadi seorang manusia seutuhnya yang berhak memilih apa yang diinginkan untuk hidupnya? Yang menganulir segenap kata-kata yang bermakna anut nan indah serta dapat membawa seseorang ke surga? Seorang manusia yang mencoba mencari jalannya sendiri, dan bukan mengikuti jalan orang lain yang lebih mahir akan kehidupan.
Aku dilema karena aku anak kemarin sore. Aku masih tunas di tanah keluarga. Aku tak bermodal kepedihan dan kegetiran hidup sehingga permulaanku akan kehidupan dijadikan sebuah kekhawatiran  yang sebegitu dahsyatnya.
Aku tahu selalu ada kebijaksanaan di antara keputusan-keputusan mereka, selalu ada perencanaan hebat jangka panjang yang sudah terkoordinasi dalam akalnya, dan selalu ada yang terbaik untukku di balik semua bilangnya. Tapi itu bukanlah sebuah kewibawaan yang bisa kulanggar, itu realita mutlak dari Tuhan bahwa inti dari kehidupanku adalah mereka. Orang tua yang “mengerti” semua hasil daripada keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan kehidupan.
Lalu aku? Aku tak bermodal kepedihan. Sehingga memang bukan kemahiranku untuk menganggit masa dan waktuku dengan mandiri, aku perlu mereka dan mereka merasa sangat diperlukan, pikirku dan juga mereka.
Aku tahu mereka cinta dan tak ingin tunas mereka tumbuh dengan kecacatan fana, tapi aku perlu sedikit cacat untuk dijadikan pelecut menggapai dan belajar tentang kesempurnaan dan keabsurdan daripada dunia. Namun benak mereka tetap berkata “TIDAK” dan itu lah hak. Sehingga bukan semesta yang memberikan aku kecacatan itu, tapi mereka sendiri. Regulasi mereka. Maksud dari peraturan dan keteraturan akan kehidupan yang menjauhkan ku dari jalan kesesatan. Sebuah kewajiban katanya.
Memang terbukti dari aku yang selalu lewat dari jalan kesesatan itu. Tapi apakah hasil dari kebijaksaan dan kewibawaan selalu menumbuhkan keanggunan? Tidak.
Aku tumbuh sambil memelihara bibit-bibit penyakit. Kuberi pupuk berupa kebencian dan sumpahan kepada hidup, karena hidup membuat otak dan akalku yang saling bersitegang satu sama lain. Namun bukan hanya itu saja tapi darahku bergejolak karena konflik antara akal dan batin yang semakin lama bersifat fundamental, menjadi sebuah dasar dan kebiasaan yang tak bisa ditampik lagi dari realita mutlak seorang aku. Menghasilkan sesosok manusia minoritas.
Haah…
Entah. Akan aku tunggu saat akal dan hati yang akan mengadu dan menyatakan damai agar kehidupan tak sepelik dan sejatuh ini.
Ini salah satu sajak yang kutemukan dalam buku-saku hitam milikku yang entah tiba-tiba muncul lagi setelah sekian lama hilang.
Jalan. Jalanan berliku, terlalu instabilitas.
Jalan. Jalanan menanjak, menguras daya upaya.
Jalan. Jalan buntu adalah ketika kau jatuh ke lubang terdalam neraka.
-Arfyana Citra Rahayu-


Minggu, 02 November 2014

Hai Kamu yang di Nirwana Hidupmu

Hai kamu yang jauh di nirwana hidupmu!
Aku di sini melagu rindu sampai mimpi juga mengindahkanmu.
Jangan cubit aku! Nanti realita kan bangunkanku.
Di sana bersamamu, aku bersemu. Lalu kamu bilang, "Jangan sampai sakit" sembari mengelus ubun-ubunku kemudian aku tersipu.

Selesai mimpi, aku melihat kembali ke tepi.
Saat kamu mainkan simfoni dari senar berseni. Sekejap kurekam, kusimpan, kemudian kuaksi-reaksikan dalam akal dan telinga saat hati mulai temaram.
Sampai saat ini, kuanggap kamu di sini..
Aku tersenyum dalam hati dan percaya bahwa memang selalu ada kamu walau tak di sini.

-Arfyana Citra Rahayu-

Sabtu, 01 November 2014

Maafku

Aku ingat dimana kita berawal. Disaat dua hati yg kembar rasanya sulit dibedakan. Apa hari ini benar akhir dr cerita? Mungkin.
Drama rasa tidak berperan.
Tapi hati mulai berdialog karena lagi diujung apa kita akan berteman?
Lalu ku cari. Ku gali sampai ku tau mungkin ini emosi.
Aku ingat lagi dimana aku sendiri aku rindu masa kita berelegi. Berdua kita bersatu menjadi.
Ini aku. Seorang yg tak tahu diri.
Meminta agar kamu tahu diri bahwa kamu tatkala bintang tuk malam yg sepi.
Tetap disisi. Karena cinta baik untuk kita disini. Please stay with me.

Arfyana Citra Rahayu

Sajak Tuk Kemarin Sore

Haramkah ketika air mata jatuh tuk meretas kata?
Adilkah ketika hanya ia yang bisa meluluhkan rasa yang tertunda? Tertunda karena memang tak layak dilihat.
Bila tak adil, apa Tuhan ciptanya dengan ragu?
Bila tidak juga. Lalu untuk apa tercipta? Apa hanya untuk kita yang bodoh dan dirundung lalu?
Sejak kemarin, sampai detik ini aku tak tahu.
Andai...
Andai kata adalah air mata, ku harap kamu sadar. Sadar bahwa ini tak hanya dilihat sekedar.
Andai rasa adalah air mata, ku harap kamu sadar. Bila rasa kemudian tak hanya cahaya terpendar.
Mohon kamu mengerti, karena kamu manusia yang punya jiwa dan berhati.
Bahwa akhir akan akhir ketika aku hanya terkapar, aku menangis bukan kemudian aku tersandar.
Tapi aku perlu kamu, lalu aku bersandar.
Sehingga aku cepat bebas dari gelap, lalu kamu bangunkan ku dari lelap.
Nyatanya, mimpi memang permainan imajinasi. Tak ada realita tuk orang yang tinggi ekspektasi.
Aku atau kamu yang sepertinya punya asasi?
Mungkin kamu, kamu yang disana seperti disisi.

Arfyana Citra Rahayu (01/Nov/2014)

Jumat, 17 Oktober 2014

Bila Sayang Adalah...

Bila sayang adalah syair
Maka akan ku kaitkannya menjadi bait bait indah di tiap hidup seorang yg ku cinta
Menata indah dan buat ia terus begitu

Bila sayang adalah pantun
Maka akan ku pola ia seperti a-b-a-b
Agar tak ada lainnya yg merusak menjadi  a b dan c

Bila sayang adalah jemari
Maka akan ku genggam dan menyelipkan rasa demi rasa agar aku menyatu dalam indahnya rasa bersama

Tapi ternyata sayang hanyalah rasa.
Sebuah kedinamisan abstrak yg suka-suka ia berhembus. Layak sayang adalah angin.
Tetap aku disini menginginkan
sayang kita searah jarum jam
-Arfyana Citra Rahayu-

Kamis, 25 September 2014

Dilema Seorang Hamba Bersama Lainnya

Seorang hamba dan diantaranya dilema bertindak. Karena sekalinya berkata, berbilang ia menyumpah. Sekalinya melirik, berbilang ia merayu sambil berkedip.
Inilah seolah hamba selalu salah dimata lainnya. Tapi lainnya tak juga sempurna.
Kelak yang lain akan tahu bahwa sempurna bukan tolak ukur seorang hamba. Karena tak mungkin hamba mirip seraya Tuhan-nya.
-Arfyana Citra Rahayu-

Selasa, 23 September 2014

Hidup Hati-Hati

Mereka menapak waktu dengan berjinjit, tak biarkan angannya melejit
Takut, takut, takut sampai kalut
Pikirnya sana sini salah, takut mengalah tapi tetap tak mau kalah
Katanya hidup harus hati-hati
Sampai akhirnya terus diam sampai mati
-Arfyana Citra Rahayu-

Sabtu, 20 September 2014

Karya dan Cipta

Karya
Sebuah karsa dari tangan-tangan seorang hamba yang diberi tuk mereka yang haus akan anugerah
Tatkala manfaat dan indah menyatu
Melebur lembut dalam sebuah KARYA

Cipta
Sebuah langkah dan cikal-bakal dimana suatu akan lahir
Suatu yang baik, berguna, dan tak bernilai pelik
Melantun indah serta merta melahirkan CIPTA
-Arfyana Citra R-

Hidup Bukan Cuma Tetapi Hidup Adalah

Hidup, bukan cuma untuk bernafas dan asal berlafaz
Tapi hidup adalah sebuah kejujuran
Kejujuran untuk berkata ya pada ya, dan tidak pada yang tidak.
Kejujuran untuk berucap realita dan tak hanya berkata

Hidup, bukan cuma untuk berpijak dan asal beranjak
Tetapi hidup adalah sebuah perubahan
Perubahan untuk diri sendiri dari hal yang kecil
Sampai nanti dapat melukis cerita baru untuk sana dan sini
Sehingga nanti mati tak sekedar mati

Hidup, bukan cuma untuk satu dan sok bersatu
Tetapi hidup adalah solidaritas berlebel harga mati
Untuk sekarang sampai nanti
Tuk tetap bersama mengikat rasa yang ditarik masa
-Arfyana Citra R-

Rabu, 13 Agustus 2014

Untuk Kita yang Percaya Bahwa Cinta Adalah Ada

Untuk kita yang percaya bahwa cinta adalah ada, bahwa memaafkan tidak seberat memikul dendam. Untuk kita yang percaya bahwa cinta adalah ada, bahwa kita juga percaya bahwa ada rasa saling menghormati kepercayaan di dalam cinta. Untuk kita yang percaya bahwa cinta adalah ada, senyum dalam derita adalah kekuatan yang menguatkan. Untuk kita yang percaya bahwa cinta adalah ada dan untuk Tuhan yang membuat cinta menjadi ada, mari kita bersulang di dalam doa! Untuk kita yang percaya bahwa cinta adalah ada, terkadang kita menyalahgunakan keberadaannya. Untuk kita yang percaya bahwa cinta adalah ada sedari awal kita memulai, kita hanya perlu saling meyakinkannya di tiap hari. 
-Zarry Hendrik-
Setelah semua berlalu di bulan itu.. kehidupan menggelitik hati. Diberi sebuah bahagia yang sewaktu-waktu terenggut hilang tanpa bekas. Bahagia ini... memang bahagia.
Terungkap bila kau menghantam kedua bola mata, berbisik melagu indah di tiap syaraf pada telingaku. Yang aku tahu, aku sayang kamu.
Ini bukan lagi dongengan seorang malaikat untuk bayi di ambang mimpi dan realita. 
Serta tak lagi mustahil untuk terus bersama kita satu hati untuk terus merasa bisa.
-Arfyana Citra Rahayu-

Lalu

Aku ditahan tuk tidak pejamkan mata, dihantam cerita tatkala dipeluk angan.
Huruf demi huruf membuncah hebat di kepala layak bom waktu siap ledakkan dirinya.
Terdengar miris. Memang.
Aku mendorong sampai keluar Ia mengeras diantara angin kelabu disaksikan dinding dengan pandangan getir.
Aku memuji lalu dengan sebut mereka indah. Dalam satu dua waktu, lalu ENYAHLAH!!
Lalu...
Yang lalu tak lagi datang.
Semena-mena ku letakkan, biarlah berlalu.
-Arfyana Citra Rahayu-

Cerita Antara Mimpi & Seorang Hamba

Sebuah mimpi dan di antaranya, digantung indah Tuhan di sela angin, awan teduh, sinar mentari, dan alam. Ia diberi indah serta cuma-cuma tatkala udara yang dinafaskan.
Seorang hamba seperti tahu akan nyata semua mimpi, layak oksigen bagi hidupnya. Ia memetik memakan manis mimpi, Ia bernafas dengan segar harumnya mimpi.
Saat satu mimpi tak kunjung manis, malah tak lagi baik-baik, Ia tidak menciut malah seperti mengembang daripada mencari dimana mimpi indah lain tumbuh.
Kepercayaan bak angin menarik mimpi lain yang lebih indah berputar girang tapi tetap tenang di sekelilingnya. Dengan hati-hati Ia ambil agar mimpi tak hancur begitu saja.
Hati-hati sekali.... pelan... pelan... tapi pasti.
Ia kecup dan dekap... sesaat Ia dibisikkan syahdu kebahagiaan.
Seorang hamba dapat sebuah  mimpi indah tapi tak lupa di mana Ia berpijak, menyulut semangat tuk lebih dari seseorang. Karena masih banyak mimpi yang digantung, dan berhak untuknya.

Minggu, 03 Agustus 2014

Cerita di Antara Sinyal

Teleportasi satu pesan dari udara menghantar seseorang bertukar kabar. Dari detik ke detik, sampai ia berlari berubah hari menjadi cerah memberi nafas baru. Datang dan mengaku jadi seorang saudara padahal tak satu nyawa. Sampai menit ini, aku baik-baik menghirup nafas baru. Tapi siapa tahu nanti berubah lagi?
Terimakasih datang kembali. 
-Arfyana Citra Rahayu-

Surat Terbuka untuk Tuhan

Untuk Tuhan yang indah bersandar di singgasana-Nya yang penuh pelangi diselingi aurora menari-nari. Surat ini menyatakan terimakasih untuk lebih dari satu saat.
Terimakasih telah menjadi teman baik sendu maupun berbunga. Menjadi yang pertama dari yang utama. Sosok mulia penentu sebelum hamba memilih.
Terimakasih telah percaya. Memberi tubuh sempurna dan akal yang mampu memilih jalan bercabang menambal waktu berlubang dengan pertolongan.
Terimakasih Engkau yang beri kehidupan, hening malam, wangi tanah ketika hujan, merdu simfoni sesosok denting rintik, serta kejujuran bintang dan bulan akan terangnya, dan kebijaksanaan tumbuhan bekerja demi kami. Para hamba.
dari aku yang mengagumi dan menyembah Tuhan yang SEMPURNA dengan segala kesempurnaan-Nya

Segalanya

Segalanya seorang Tuan di hati satu dan pasangannya.
Ia mengisi indah ditiap pori-pori relung hati yang dulu tersendu.
Mengindahkan luka, menggantinya dengan suka.
Terimakasih telah menjadi.. Segalanya.
-Arfyana Citra Rahayu-

Senin, 28 Juli 2014

Suatu Malam di Antara..

Suatu malam di antara mimpi dan realita.
Aku terus terjaga, memilih mimpi-mimpi yang mana dan realita-realita yang mana.
Sesuatu hal kembar tapi tak sama bila diraba hati.
Mengupas satu-satu tak sempat waktu melewati lalu.
Sekarang aku di gerbang tanpa gerbang.
Yaitu batas antara mimpi dan realita.
-Arfyana Citra Rahayu-

Rindu

Rindu mencabik aku yang terus memar.
Merasakan kamu yang samar.
Dikirim lewat udara, terpecah di antara sinyal dan digital.
Sampai seminggu lagi. Kita kan bertukar rindu.
-Arfyana Citra Rahayu-

Hujan

Senja mengantarkan hujan di tengah cerahnya sore. Ia meminta awan akan belas kasih, berharap diberikan tempat untuk berbisik. Sampai kilat tadinya menolak, akhirnya diberi ruang.
Hujan terus mengguyur sampai tumbuh sebuah biji jadi kecambah lalu cantik bunga bersemu merah. Ia dipuji dan diberi dongeng sampai malam dan pekat menyelimuti alam.
Angin bertiup seperti Tuhan yang menghembuskan nafas serta merta melarikan hujan ke tempat yang lebih kerontang.
Ia tahu, kalau ini perpisahan antaranya dan sebuah sejuk diguyur Tuhan.
Antara senja dan malam sudah selesai. Jangan sampai bencana nanti.
-28 Juli 2014-

Sabtu, 05 Juli 2014

Sajak lama yang ditemukan

Dinaik jenjangkan oleh Tuhan.
Berjalan angkat kepala di atas bara.
Apa tau itu kesulitan?
Tanpa kabar mulai dicekik kehidupan.
Akhirnya lagi bersandar sedetik sebelum mati.

Kukayuh terus perahu berkayu sayu.
Sendiri lagi ku menggali hati.
Turunkan jemari nikmati duri.
Sampai tersasar kukejar-kejar.
Awan lagi kelabu, aku tahu mungkin pusara ku.
-Arfyana Citra Rahayu-

Fenomena Menunggu 9 juli

Hidup mulai adil pada mereka yang punya andil. 
Tapi lagi-lagi pasrah menggerogoti yang tak punya nyali.
 Hati mulai memelas, padahal ambisi semakin giras.
Apa ini negara?
Dipimpin kepala yang ahli kemukakan retorika. 
Tak diberi sesuap nasi, tapi janjikan kosong dalam orasi.
-Arfyana Citra Rahayu-

Pesan Semut (5/07/14)

Apalagi jawaban bila semut kecil datang menjalar tiap tubuh, mencoba tenangkan tapi malah tertindaskan.
Malah ku tiup biar ia pergi tak usah tau apa yang salah.
1 pesan dan pesan lain berbaris rapih di antara 1 dan 2. Mereka sejiwa karena satu tujuan.
Tapi aku tidak. 
Akhirnya takut, seperti lihat bayang-bayang masa depan terjeblos dalam lubang neraka. Tapi aku tutup mata, mencoba mengganti, menguburkannya dengan tawa. Malah hasilnya, tawa jadi bisa. 
-Arfyana Citra Rahayu-

Sajak Terakhir di Pekat malam 1 Juli 2014

Cukup 3 lembar merangkai tanya. Menyilang tanya dengan rasa sama dengan bukan apa apa?
Bercabang kita berbeda arah tapi sama-sama kuat tidak ada yang mengalah.
Selamat malam. Malam.
-Arfyana Citra Rahayu-

Kapan Kita Searah Putaran Jam?

Kalimat melagu keluar lembut begitu digores. Berbaris rapih bak apel tiap pagi. Ini karya antara simfoni dan kami.
Tersandung satu perspektif, tapi masif. Tatkala satu persepsi jadi dikremasi. Jadi abu disulut emosi.
Atau malah jadi seni tapi di putar sana sini?
Kapan kita searah layak putaran jam?
-Arfyana Citra Rahayu-

Malam (1/07/14)

Pandangan menjadi api, menyulut lelah malam ini
Keingintahuan kamu tahu
Apa penting?
-------------------------------------------------------------
Saat jauh, rindu meregangkan masanya sampai jenuh.
Air mata dan gelak tawa tak rasa jadi satu
-------------------------------------------------------------
Suatu malam, huruf kata kalimat merangkai dirinya sendiri sampai cantik. Ia menghantam hebat dinding otak merambat ke urat nadi. Memaksa dirinya dihias bersama tinta biru di atas selembar kertas berwarna cokelat tebal.
Apalagi, pesan itu niat dilagukan di tiap kata dan artinya.
Malam dan kata. Satu penyakit menghasilkan karya, merepotkan tapi berharga.
-Arfyana Citra Rahayu -

Untuk Tuan yang Ragu

Aku tahu ini indah, sering tapi dihentak luka tiap langkah.
Aku tau kamu, sayang. Manis lagi daripada terbayang-bayang.
Aku tahu pahit dirasa, kamu rasa aku juga.
Sayang...
Tatkala  1 langkah 4 kaki, lebih rumit.
Dan 1 imaji 4 mata, lebih ragam.
Tapi sayang...
Tatkala 2 jiwa, 1 hatinya lebih indah daripada tidak sama sekali.
-Arfyana Citra Rahayu-

Kasih sama dengan

Kasih sama dengan sayang, tapi tiap detiknya berperang.
Kasih sama dengan cinta, tapi tiap syahdu nya terasa.
Kasih sama dengan sayang, tapi tiap perangainya lagi tenang.
Kasih sama dengan tulus, tapi jalan kita lagi tak mulus.
Kasih sama dengan setia, tapi apa tiap bagian hati berkata iya?
Kasih sama dengan rasa, tapi apa lagi harus balas jasa
Kasih tapi sayang?
Bukan.
Tapi kasih sayang.
-Arfyana Citra Rahayu-

Do'a Malam

Tuhan, do'a malam lagi-lagi di antara lembut baik dengan anugerah. Aura muka tak tahu lagi cerah. Apa malah memerah?
Tuhan, hidupku lagi di mimpi, giring aku kepada keindahan. Tak apa ku lewati pecahan nanar berusuk di sela jari kalau itu memang do'a ku sekalian. Tolong kabulkan Tuhan.

  Aku sayang engkau yang tak pernah risau dan terus sempurna.

Untuk 16

Aku berjalan masih nol di gedung ini
Bersitatap dengan kalian yang belum siapa-siapa
Apalagi derita!
Kita dihantam dulu tatkala sambil mengelus dada
Kata mereka "Solidaritas harga mati!"

Sampai saatnya...
Aku tersenyum bahagia. Mendekap erat kalian
Kita sama kawan!
Pejalan yang memanggul ilmu tak seberapa tuk menuba nyawa
Diselingi tawa yang menghias di jengkalnya

Aku dan kalian
Kita 1 cerita
3 tahun tak sembarang menggabung kata

Kawan...
Aku larut di antara kalian
Mungkin telah terlena dalam makna
Sambil berjalan, kurangkul jua
Walau tak lagi bersama
Hati tetap 1 sempurna

Kawan...
Aku sayang tawa dan luka yang kubawa berlari
Sampai nanti
Lambaian akhir ini ramai nan indah
Cita dan cinta lagi kenangan
Aku sayang kalian. Kawan.
-Arfyana Citra Rahayu-

Jumat, 23 Mei 2014

Detakan Merana Sebelas Hari

Detakan merana sebelas hari
Apa akan terseok di tengah jalannya?
Sayang, ini cinta bukan hanya rasa
Embun terus menetes di kelopak indah itu, sampai kering Ia ku basuh juga.
Engkau terbawa dikejar hari yang berhujung ketulusan dan kebanggan.
Hanya engkau dan dari engkau.
Terimakasih sayang.
-Arfyana Citra Rahayu-

Nostalgia Jam Delapan Malam

Awal musim cinta ku lalui satu tahun yang lalu, sejujurnya siapa dia aku tak pernah tahu. Ternyata satu malam dengan hujan yang mengguyur tiba-tiba, seorang Tuan mengirim pesan singkat "Aku hendak ada yang dibicarakan"
"Apa itu Tuan?," tanyaku.
"Tunggu sesaat, aku sedang berbicara dengan kawanku, ini urusan penting," jawabnya.
Aku hanya bertanya, ada apa dengan dia, seperti hujan malam ini dia datang tiba-tiba.
..................................................................
Tiba-tiba ku terima pesan yang tak lagi singkat, tapi ternyata kenyataan perasaanya.

Sendiri

Sendiri tidak memalukan, sendiri bukan karena seseorang tidak punya kawan. Saat sendiri aku hargai diriku sebagai seseorang dan saat sendiri aku menghargai betapa berharganya seorang kawan. 
-Arfyana Citra R-

Awal Baru Indah untuk Seorang "Aku"

Saat lagi kurasakan sulitnya menapaki esok, selalu ada dia yang muncul di tiap aku yang terseok. Entah ia utusan, atau hanya seorang hamba. Selalu ia yang datang saat malam ku pekat. Mulai hari itu, saat semua mulai gelap karena diri merasa di siakan, aku meraba kemana aku harus berjalan. Terus terus terus aku pasang hati untuk meneropong kapan aku sampai akhir. Satu waktu aku diizinkan Tuhan berbicara dengan hati, aku merasakan pejam semakin gelap.
Esok itu, lagi ku harus pergi menerjang waktu untuk terus hidup dan menyiapkan bekal ujian nanti. Aku selalu memilih kursi terdepan.Agar tak lagi aku sulit mengerti apa yang disampaikan. Setelah berdoa pagi dan memohon kemudahan dalam menggali ilmu, aku dapatkan satu tas yang tak pernah asing duduk anteng disebelah kursiku. 'Mungkin kebetulan,' kataku dalam hati. 
Sampai hari-hari terus berlanjut, selalu ia yang menyodorkan jemari dan mengangkatku ke sebuah cahaya yang sudah lama tidak ku lihat.  
Setelah ujian  dilewati, ia datang dan mulailah sebuah percakapan sederhana dalam perpustakan. 
Tapi entah kenapa, percakapan itu mulai membahas "siapa suka dengan siapa". Aku mulai terpojok dengan hati yang akhirnya jujur.
Tiba-tiba satu kata muncul dari nya "Kamu mau jadi pacarku?" 
-16 Mei 2014-

Untuk Tuanku

Hai sayang
Fantasi lagi-lagi dilagukan baik-baik di hati
Tak lagi tahan bila nafas mengaum menentang benci daripada telingaku
Terus kau rentangkan jari jemari tuk pipi yang haus akan kasih saat mulai nanar nya menyentuh jiwa
Karna terus ku hadiahkan satu hati yang tak menentang rasa
-Arfyana Citra Rahayu-

Sendiri menjadi karya

Mereka yang berbisik saat angin mulai menyambar tangkainya. Menunjukkan kehangatan saat aku mulai lagi kelabu disini, tapi hujan terus merintik menghujam sepi, mengalunkan simfoni kerendahan yang tak lagi sudi menatap aku yang tak lagi tawa. -Arfyana Citra R-
*aku diantara siang, lapangan, manusia, dan sendiri*

Sabtu, 12 April 2014

Dari awal sampai berakhir, kita bersama setahun seperti seribu tahun. Selamat tinggal sayang-sayang ku, kita bisa dan tak lagi merana :")

Senin, 17 Maret 2014

Untuk Tuan

Hamba ini memakan manis daripada senyum mu itu Tuan. Hamba dibuat berkutat dengan kata sendiri sambil mengumpat, memohon jangan lagi ku tersenyum. Merasa cemas di bilang orang tak berakal, tapi apa daya lagi..
HAAH!
Dunia kejam! Ku berlari dari satu hati ke hati lain yang tak lagi baik tapi jadi indah. Perasa dari rasa ku kecap harum surga dari niatnya. Tapi apa hanya sesaat?
Satu malam ku dipertemukan dengan nya lewat udara.
"Hanyutkan aku ke samuderamu!" Pintaku
"Setengah tahun dan umur-umurku coba kuajuhi akan dikau" Katanya.
Ku bertanya lewat hati "Untuk apa tapi?"
"Dengarkan!! Detak jantung ku ulurkan pertolongan agar kau tak lagi perih! Aku bergema tapi kau lagi-lagi sok tuli!" Teriakku.
"Sayang ingat, akan selalu ku patri semua doa mu" Jawab Tuanku.
Lagi ku jawab dengan segudang emosi jatuh berantakan diatas huruf, "Aku hanya perlu senyum mu! Beri aku lagi!!"
Tuanku pun berbilang "Saya merasa tak untuk dikau, tak apa pergi ku lagi perih, biarlah! Memang aku apa diharimu? Bukan apa apa dan siap siapa"
Aku pun ulur bendera putih. "Aku menyerah.."


Surat Senja 1

Untuk: Senja
   Pergi dan kau hilang, melainkan aku di sini menghukum nasib yang tak lagi baik-baik. Tiadalah aku dengan terpaksa hendak mencerca dengan doa. Merangkak pun aku meraba tanah, mencari di mana cinta katanya bernorma.
   Apabila salah aku minta kebenaran tapi apalah, ku jatuhkan jua lagi hati. Aku sudah bilang "Siapkah dengan lidah ini ku terima jantung itu untuk ku satukan?"
   Tapi hanya karena orang-orang bilang "kepastian" satu kunci cinta, maka ku bongkar hati coba memasang lagi dengan niat hendak kamu juga.
   Salah langkah lagi ku dibuatnya.

Sabtu, 08 Maret 2014

Terlalu rumit difikirnya, terlalu setara tindakannya. Ragam serta merta ini dalam buaian, atas janji yang sebentar lagi temaram, ku yakin akan kelam. Dapatkah aku sebuah cibiran yang menghantui tapi apa gerangan?

APA KENAPA
Gausah apa kalau tak kenapa, tapi memang apa?
Buta akan perasaan yang seberapa, tak rasa sepertinya jadi bertanya
Ada gerangan apa?
Tak ucap lagi sebutir pantun tuk siapa
Tapi cedera waktu disepak parasnya
Bertemu mata tuk sekedar raih senyuman, tapi dia dimana?
Berilmu tuk tahu hati bagaimana
Seperti mencoba ambil angin tuk direbus nantinya.
-Arfyana Citra R-
Lagi setelah lagi, kubiarkan ini perih.
Bilang katanya sadar, padahal tersandar
Lagi setelah lagi, aku hampir mati
-Arfyana Citra R-
Ku merenung jadi termenung, kulihat lagi kupeluk hati
Baginya embun terus titik, menitik, lama-lama merintik
-Arfyana Citra R-
Kali ini kita semakin salah
Suratan takdir kah?
Menyimpang dari sukma
Bilang itu bukan tubuh saya
Jangan pandang sebelah mata
Hidup itu untuk hati bagi dunia.
-Arfyana Citra R-

Sumpah

Sumpah
Kamu cuma menyampah
Tinggal belati jatuh karatan
Lihat! Aku mulai kemelaratan

Sumpah
Teganya hati ini kau jarah
Meninggalkan jelaga
Tanpa ada daya lagi ku bertanya
"Apakah masih ada kita?"
-Arfyana Citra R-

Doa Saat Senja

Setapak demi hidup kujejalkan bulat-bulat
Hamba hanyalah rasa
Terlalu dunia, karya dari fana.

Tuhan...
Hamba tak lagi saya
Aku tak lagi nyata
kemana lagi aku pergi tanpanya
Kapan lagi aku bersyahdu karena nya.

Tuhan...
Hamba hilang
Tak ada lagi dia.

Argh!
Ini pemaksaan!
Menarik hati tuk terpaksa berdiam
Diam bukan karena mau
Tapi sok bisu.
-Arfyana Citra R-

Rabu, 12 Februari 2014

Semakin dalam kita terpejam bersama maka semakin cepat kita berlari menuju pagi.
Pagi pun siang, senja pun malam.
Tak peduli detik terluka, yang penting kita sekata.
-Arfyana Citra Rahayu-

Senin, 27 Januari 2014

Aku percaya suatu saat nanti saat senja tak lagi menguning surya berwarna ungu, dan saat keringat berubah emas, nafas yang kamu hirup bukan lagi oksigen tapi nafasku. Saat itulah, aku punya kamu, dan kamu punya aku.
-Arfyana Citra Rahayu-

Musik

Malam, memory merangkai musik nya sendiri.
Menanggalkan not sana sini.
Melantun indah menggapai fantasi.
Terbuai dalam puing-puing imaji.
Terlukis bahagia terpaku imajinasi.
Berusaha menegur sapa kelam yang sendiri.
-Arfyana Citra Rahayu-

Cemburu

Cintakah kamu saat cemburu menggerogoti otakmu? Setengah cinta berselimut emosi.. Nyawa nya melayang meminta tolong pada Tuhan yang duduk di singgasana-Nya. Yang mungkin sedang menunggu nyawa nya, atau malah dosa mu.

Dosa nya setitik tinta diatas kain putih, tergambar seperti semua Ia nodai dalam imajimu.
Kemana cinta yang kau mantrakan di setiap bising dan heningnya? Kemana rasa yang kau selipkan di tiap jemarinya?

Cemburu. Tanda sayang katanya.
Tanda cinta teorinya.
Realita pun berurai. Cemburu tanda iblis menguasaimu.
-Arfyana Citra Rahayu-
Bertaburlah manusia di antara laut dan tanah, menggali emas perak bertaruh nyawa.
Menyesap anyir rumput yang diguyur hujan.
Pijakan lumpur ini bekas darah pejuang. Leluhur kami. Manusia hebat tak kenal mati.
Terlebih ruh dia beri, hanya untuk memutuskan tali merah mengekang negeri.
Ia pahlawan, menggalang persatuan.
Memerdekakan hak yang bertuan.
-Arfyana Citra Rahayu-

Senin, 06 Januari 2014

Musik sebelum tidurku, diiringi simfoni memori yang terus melagu.
-Arfyana Citra Rahayu-
Aku takut Allah, karena Ia sempurna
Aku takut langit, karena terlalu luas
Aku takut akhirat, karenanya aku kekal.
-Arfyana Citra Rahayu-
Dia menatap
Dan berkata "Merdeka terlalu mahal untuk mereka yang meratap."
-Arfyana Citra Rahayu-

Langit

Malam ku dikepung langit
Bintang juga dikempit
Selama aku menunggu, tak sampai aku mengelilingi
Terasa heboh aku di guncang sepi
Kupandang lagi
Semakin kecil ku ditatapnya
Sombong atas ku juga tak berdaya
Tak rasa ku alirkan air mata dan menelannya lagi
Teruntuk langit yang ku selami lagi
-Arfyana Citra Rahayu-